Senin, 11 Maret 2013

Pertarungan Kecerdasan Sosial Politik di Pilkada Kolaka


Pertarungan Kecerdasan Sosial Politik di Pilkada Kolaka

Oleh : Ridwan Demmatadju


Suasana persaingan para calon Bupati dan Wakil Bupati Kolaka untuk merebut dukungan masyarakat semakin terasa, lihat saja mulai dari lorong-lorong sempit hingga jalan protokol terpasang gambar calon yang dipaku sekenanya di pohon-pohon yang tak berdosa.Tak hanya itu nyaris semua media cetak lokal dipenuhi dengan banner iklan yang berisi slogan dan janji untuk mensejahterakan masyarakat Kolaka.Untuk calon Bupati Kolaka saja terlihat delapan nama, Amir Sahaka, Ahmad Safei, ,Harun Rahim, Farhat Abbas, Ali Nur, Sabri Manomang, Jhoni Syamsuddin dan Sabaruddin Labamba.Sedangkan untuk calon wakil bupati, hari ini nampak masih malu-malu menegaskan diri, tetapi sudah mulai bermunculan nama-nama, seperti Rais Galu, Fachruddin Rahim, Hasanuddin Yusuf, Jayadin, Parmin Dasir, Syaifuddin Mustaming dan Asdar Pamma.

Merebut dukungan masyarakat bagi calon pemimpin menjadi penting dilakukan sebelum terpilih dan sesudah terpilih menjadi pemimpin sekelas Bupati dan Wakil Bupati di Kolaka,karena tanpa dukungan yang riil dari masyarakat maka tidak mungkinlah calon tersebut dipercaya dan dipilih pada hari pemilihan nanti.Makanya tak heran jika akhir-akhir ini, sejumlah calon bupati Kolaka mulai menggunakan media kampaye untuk mempengaruhi presepsi publik sekaligus memperkuat dukungan yang sudah ada, salah satunya adalah Ahmad Safei yang masih menjabat Sekretaris Kabupaten Kolaka terlihat begitu gencar melakukan sosialisasi dengan menggunakan media cetak dan menggalang dukungan kepada tokoh-tokoh masyarakat di Kolaka.Upaya menggalang dukungan menggunakan media cetak tentunya ini sangat efektif untuk mempengaruhi presepsi publik, dari banyak pengalaman seorang calon yang pandai memanfaatkan media untuk memperoleh dukungan ternyata sangat efektif dan memenangkan pertarungan politik, meski harus didukung dengan sebuah riset atau penelitian yang akurasinya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Dari sisi popularitas dan penguatan presepsi publik terhadap Ahmad Safei terlihat menguasai medan pertarungan ini,Hal ini tak dipungkiri lantaran kedudukannya sebagai Sekretaris Kabupaten Kolaka, dengan jabatan ini ikut membawa pengaruhnya khususnya di jajaran birokrasi di lingkup Pemerintah Kabupaten Kolaka dibandingkan dengan Amir Sahaka yang menjabat Wakil Bupati Kolaka, juga akan mencalonkan dirinya sebagai Bupati Kolaka.Meskipun Ahmad Safei, dirasakan menguasai perolehan dukungan dan presepsi publik.Namun, belum ada angka pasti untuk besaran prosentasenya.Karena sejauh ini belum ada hasil riset dari lembaga survey yang melakukan penelitian soal ini, baik yang dibiayai oleh calon ataupun lembaga yang independen untuk memantau pergerakan politik di Kolaka jelang pemilihan Bupati Kolaka.

Selain itu, partai politik yang akan mendukung Ahmad Safei hingga saat ini belum ada yang dibuka ke publik, meskipun  sejumlah kalangan terdekat dari Ahmad Safei mengungkapkan bahwa untuk dukungan partai politik sudah tidak jadi masalah.Memang, dari sekian  banyak calon Bupati dan Wakil Bupati Kolaka tak satupun yang memastikan partai politik yang akan mengusungnya, selain nama Amir Sahaka  kebetulan masih menjabat Ketua DPD Partai Amanat Nasional (PAN) Kolaka dan Sabri Manomang yang menjabat Ketua DPD Partai Hanura Sulawesi Tenggara, disusul Harun Rahim (Ketua Partai Demokrat) Kolaka.Pada ruang ini, dipastikan akan terjadi gejolak di internal partai politik untuk menentukan siapa calon Bupati dan Wakil Bupati yang akan diusung,termasuk perebutan pintu partai yang akan berkoaliasi nantinya.Inilah persoalan-persoalan yang akan berpengaruh terhadap keterpilihan seorang calon Bupati dan Wakil Bupati Kolaka, jika tidak dikuasai formulasi konfliknya.

Kemudian,seberapa besar pengaruh partai politik yang akan mendukung calon Bupati dan Wakil Bupati nampaknya tidak terlalu berpengaruh di Pemilihan Bupati Kolaka ini, meski banyak pihak yang memastikan bahwa pengaruhnya sangat besar untuk merauh perolehan suara.Penyataan ini masih memerlukan kajian ilmiah untuk memastikan kebenaran dari pernyataan ini, karena dibanyak pemilihan dukungan partai besar seperti Golkar dan Demokrat harus melorot di posisi kalah.Mengapa ? Salah satu faktor yang bisa disebutkan dalam tulisan ini adalah banyaknya persoalan yang mendera pengurus dan kadernya mulai dari pusat sampai ke daerah, dua partai besar ini sampai saat ini dihantam berbagai isu korupsi, selain itu partai ini tidak sekuat pada zaman Orde Baru yang bisa mempengaruhi semua lini, termasuk Angkatan Bersenjata (ABRI red) dan birokrasi. Saat ini Golkar dan Partai Demokrat sebagai partai yang berkongsi dengan penguasa terkesan jadi bulan-bulanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas keterlibatan sejumlah elitnya di Kasus Hambalang dan Pencetakan Al-Quran, selain Abu Rizal Bakrie sendiri masih disorot dengan berita luapan lumpur PT Minarak Lapindo di Sidoarjo.Ini yang mesti dipahami oleh masyarakat sebelum memastikan pilihannya. Begitupula dengan Partai Keadilan Sejahtera yang diakui memiliki kader yang militan juga harus terpuruk dengan kasus kuota impor daging sapi.Ironisnya pelakonnya adalah Presiden PKS Lutfi Hasan Ishak (LHI).Akankah isu tak sedap ini membawa pengaruh dalam pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kolaka ? Tergantung kecerdasan dari konsultan dan operator politik dari Calon Bupati dan Wakil Bupati Kolaka memainkan isu-isu ini.

Peran partai politik dalam pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kolaka, memang sangat strategis jika dapat dimaksimalkan oleh pengurusnya untuk memenangkan calonnya.Kerena di partai politklah digodok kriteria calon yang akan diusung, kemudian partai tentunya memiliki jaringan pengurus dari pusat hingga ke desa dan kelurahan.Hal ini dapat dijadikan mesin politik yang dapat bergerak cepat untuk mencari dukungan.Pada konteks ini, apakah mesin partai politik di Kolaka cukup diandalkan untuk bekerja maksimal mendapatkan dukungan masyarakat? Pernyataan ini juga dapat dijawab dengan melihat hasil pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara kemarin, ternyata tidak maksimal bekerja.Padahal, mereka didukung dengan kekuatan financial yang tidak sedikit jumlahnya.

Dari pengalaman ini, setidaknya bisa menjadi bahan evaluasi dan alat ukur sementara, untuk memastikan peluang dan tantangan seorang calon Bupati dan Wakil Bupati Kolaka dalam menghadapi pertarungan politik yang memerlukan pengetahuan dan pengalaman membaca gejala sosial di masyarakat yang selalu berubah-ubah situasinya.Jadi bagi calon Bupati dan Wakil Bupati Kolaka yang merasa popularitas dan elektabilitasnya masih dianggap rendah oleh sejumlah kalangan tokoh masyarakat, atau opini media tidak perlu terganggu dengan penilaian ini. Karena sepanjang belum ada penetapan dari penyelenggara Pemilu Bupati dan Wakil Bupati Kolaka, hal ini Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Kolaka soal pasangan pemenang maka semua calon dapat melakukan segala cara yang halal atau sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku, untuk mendongrak angka poluplaritas dan elektabilitasnya.
Lalu bagaimana dengan presepsi publik terhadap delapan nama calon Bupati Kolaka yang bergulir di media hari ini, ternyata yang memiliki referensi sekaligus rekam jejak kepribadian
Sosial di masyarakat Kolaka, nama Ahmad Safei, Amir Sahaka yang memiliki presepsi publik yang positif dibandingkan nama-nama calon Bupati Kolaka yang lainnya, kedua nama ini dinilai memiliki rekam jejak yang kuat di masyarakat untuk menjadi orang nomor satu di Kolaka. Sosok Amir Sahaka yang memulai karirinya sebagai seorang pendidik di Kabupaten Kolaka, tentunya sangat bepengaruh terhadap dukungan dari komunitas guru yang tergabung dalam organisasi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Kolaka yang jumlah anggotanya tersebar diseluruh kecamatan.Apalagi saat ini Amir Sahaka masih menjabat Ketua PGRI Kolaka.Meski banyak kalangan praktisi pendidikan di Kolaka yang tidak sepakat jika PGRI Kolaka sebagai organisasi profesi diseret-seret ke ranah politik.Tetapi dalam pertarungan politik nampaknya soal ini dipastikan terabaikan dengan sendirinya, ketika berbicara politik praktis yang kecenderungannya mengabaikan etika dan moralitas. Begitupula dengan Palang Merah Indonesia yang mana Ahmad Safei, sebagai Ketua PMI Kabupaten Kolaka dianggap sah-sah saja dan tidak bisa dilarang untuk menggunakan PMI Kolaka sebagai alat politiknya?

Pertarungan politik dalam Pemilu Bupati dan Wakil Bupati Kolaka, memang ibarat perang tanpa menggunakan senjata dengan peluru tajam, tetapi perang menggunakan sejumlah sumber daya manusia yang cerdas untuk memainkan isu-isu strategis, bukan isu-isu yang murahan dan berbau SARA. Sudah saatnya calon-calon Bupati dan Wakil Bupati Kolaka yang ingin menang dalam pertarungan ini lebih mengedepankan etika dan moral untuk mendapatkan dukungan masyarakat Kolaka yang sangat cerdas menilai siapa sesungguhnya yang dinilai layak untuk menjadi Bupati dan Wakil Bupati Kolaka. Masyarakat Kolaka hari ini sudah memiliki referensi yang cukup untuk menentukan pemimpinnya tanpa harus dibayar dengan uang receh. Dari pengalaman yang lalu, sudah dipastikan rasionalitas pemilih di Kabupaten Kolaka sudah terlihat dengan jelas bahwa tanpa dibayar pun mereka akan memilih pemimpin yang memiliki komitmen yang kuat untuk membangun Kolaka. Kecuali ada beberapa masyarakat di wilayah kecamatan yang masih dengan gampang dibeli dengan uang receh.Fenomena ini semoga saja tidak terulang dalam Pilkada Kolaka yang tak lama lagi dihelat oleh KPU Kabupaten Kolaka untuk periode 2014-2019.


Penulis, adalah Direktur Kolaka Media Institute  
  










Tidak ada komentar:

Posting Komentar