Pertarungan Kecerdasan Sosial Politik di Pilkada
Kolaka
Oleh : Ridwan Demmatadju
Suasana persaingan para calon Bupati dan Wakil Bupati Kolaka untuk
merebut dukungan masyarakat semakin terasa, lihat saja mulai dari lorong-lorong
sempit hingga jalan protokol terpasang gambar calon yang dipaku sekenanya di
pohon-pohon yang tak berdosa.Tak hanya itu nyaris semua media cetak lokal
dipenuhi dengan banner iklan yang berisi slogan dan janji untuk mensejahterakan
masyarakat Kolaka.Untuk calon Bupati Kolaka saja terlihat delapan nama, Amir
Sahaka, Ahmad Safei, ,Harun Rahim, Farhat Abbas, Ali Nur, Sabri Manomang, Jhoni
Syamsuddin dan Sabaruddin Labamba.Sedangkan untuk calon wakil bupati, hari ini
nampak masih malu-malu menegaskan diri, tetapi sudah mulai bermunculan
nama-nama, seperti Rais Galu, Fachruddin Rahim, Hasanuddin Yusuf, Jayadin,
Parmin Dasir, Syaifuddin Mustaming dan Asdar Pamma.
Merebut dukungan masyarakat bagi calon pemimpin menjadi penting
dilakukan sebelum terpilih dan sesudah terpilih menjadi pemimpin sekelas Bupati
dan Wakil Bupati di Kolaka,karena tanpa dukungan yang riil dari masyarakat maka
tidak mungkinlah calon tersebut dipercaya dan dipilih pada hari pemilihan
nanti.Makanya tak heran jika akhir-akhir ini, sejumlah calon bupati Kolaka
mulai menggunakan media kampaye untuk mempengaruhi presepsi publik sekaligus
memperkuat dukungan yang sudah ada, salah satunya adalah Ahmad Safei yang masih
menjabat Sekretaris Kabupaten Kolaka terlihat begitu gencar melakukan
sosialisasi dengan menggunakan media cetak dan menggalang dukungan kepada
tokoh-tokoh masyarakat di Kolaka.Upaya menggalang dukungan menggunakan media
cetak tentunya ini sangat efektif untuk mempengaruhi presepsi publik, dari
banyak pengalaman seorang calon yang pandai memanfaatkan media untuk memperoleh
dukungan ternyata sangat efektif dan memenangkan pertarungan politik, meski
harus didukung dengan sebuah riset atau penelitian yang akurasinya dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Dari sisi popularitas dan penguatan presepsi publik terhadap Ahmad
Safei terlihat menguasai medan pertarungan ini,Hal ini tak dipungkiri lantaran
kedudukannya sebagai Sekretaris Kabupaten Kolaka, dengan jabatan ini ikut
membawa pengaruhnya khususnya di jajaran birokrasi di lingkup Pemerintah
Kabupaten Kolaka dibandingkan dengan Amir Sahaka yang menjabat Wakil Bupati
Kolaka, juga akan mencalonkan dirinya sebagai Bupati Kolaka.Meskipun Ahmad
Safei, dirasakan menguasai perolehan dukungan dan presepsi publik.Namun, belum
ada angka pasti untuk besaran prosentasenya.Karena sejauh ini belum ada hasil
riset dari lembaga survey yang melakukan penelitian soal ini, baik yang
dibiayai oleh calon ataupun lembaga yang independen untuk memantau pergerakan
politik di Kolaka jelang pemilihan Bupati Kolaka.
Selain itu, partai politik yang akan mendukung Ahmad Safei hingga
saat ini belum ada yang dibuka ke publik, meskipun sejumlah kalangan terdekat dari Ahmad Safei
mengungkapkan bahwa untuk dukungan partai politik sudah tidak jadi masalah.Memang,
dari sekian banyak calon Bupati dan
Wakil Bupati Kolaka tak satupun yang memastikan partai politik yang akan
mengusungnya, selain nama Amir Sahaka
kebetulan masih menjabat Ketua DPD Partai Amanat Nasional (PAN) Kolaka
dan Sabri Manomang yang menjabat Ketua DPD Partai Hanura Sulawesi Tenggara,
disusul Harun Rahim (Ketua Partai Demokrat) Kolaka.Pada ruang ini, dipastikan akan
terjadi gejolak di internal partai politik untuk menentukan siapa calon Bupati
dan Wakil Bupati yang akan diusung,termasuk perebutan pintu partai yang akan
berkoaliasi nantinya.Inilah persoalan-persoalan yang akan berpengaruh terhadap
keterpilihan seorang calon Bupati dan Wakil Bupati Kolaka, jika tidak dikuasai
formulasi konfliknya.
Kemudian,seberapa besar pengaruh partai politik yang akan mendukung
calon Bupati dan Wakil Bupati nampaknya tidak terlalu berpengaruh di Pemilihan
Bupati Kolaka ini, meski banyak pihak yang memastikan bahwa pengaruhnya sangat
besar untuk merauh perolehan suara.Penyataan ini masih memerlukan kajian ilmiah
untuk memastikan kebenaran dari pernyataan ini, karena dibanyak pemilihan
dukungan partai besar seperti Golkar dan Demokrat harus melorot di posisi
kalah.Mengapa ? Salah satu faktor yang bisa disebutkan dalam tulisan ini adalah
banyaknya persoalan yang mendera pengurus dan kadernya mulai dari pusat sampai
ke daerah, dua partai besar ini sampai saat ini dihantam berbagai isu korupsi,
selain itu partai ini tidak sekuat pada zaman Orde Baru yang bisa mempengaruhi
semua lini, termasuk Angkatan Bersenjata (ABRI red) dan birokrasi. Saat ini
Golkar dan Partai Demokrat sebagai partai yang berkongsi dengan penguasa
terkesan jadi bulan-bulanan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atas
keterlibatan sejumlah elitnya di Kasus Hambalang dan Pencetakan Al-Quran,
selain Abu Rizal Bakrie sendiri masih disorot dengan berita luapan lumpur PT
Minarak Lapindo di Sidoarjo.Ini yang mesti dipahami oleh masyarakat sebelum
memastikan pilihannya. Begitupula dengan Partai Keadilan Sejahtera yang diakui
memiliki kader yang militan juga harus terpuruk dengan kasus kuota impor daging
sapi.Ironisnya pelakonnya adalah Presiden PKS Lutfi Hasan Ishak (LHI).Akankah isu
tak sedap ini membawa pengaruh dalam pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kolaka ?
Tergantung kecerdasan dari konsultan dan operator politik dari Calon Bupati dan
Wakil Bupati Kolaka memainkan isu-isu ini.
Peran partai politik dalam pemilihan Bupati dan Wakil Bupati
Kolaka, memang sangat strategis jika dapat dimaksimalkan oleh pengurusnya untuk
memenangkan calonnya.Kerena di partai politklah digodok kriteria calon yang
akan diusung, kemudian partai tentunya memiliki jaringan pengurus dari pusat
hingga ke desa dan kelurahan.Hal ini dapat dijadikan mesin politik yang dapat
bergerak cepat untuk mencari dukungan.Pada konteks ini, apakah mesin partai
politik di Kolaka cukup diandalkan untuk bekerja maksimal mendapatkan dukungan
masyarakat? Pernyataan ini juga dapat dijawab dengan melihat hasil pemilihan
Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara kemarin, ternyata tidak maksimal
bekerja.Padahal, mereka didukung dengan kekuatan financial yang tidak sedikit
jumlahnya.
Dari pengalaman ini, setidaknya bisa menjadi bahan evaluasi dan
alat ukur sementara, untuk memastikan peluang dan tantangan seorang calon
Bupati dan Wakil Bupati Kolaka dalam menghadapi pertarungan politik yang memerlukan
pengetahuan dan pengalaman membaca gejala sosial di masyarakat yang selalu
berubah-ubah situasinya.Jadi bagi calon Bupati dan Wakil Bupati Kolaka yang
merasa popularitas dan elektabilitasnya masih dianggap rendah oleh sejumlah
kalangan tokoh masyarakat, atau opini media tidak perlu terganggu dengan
penilaian ini. Karena sepanjang belum ada penetapan dari penyelenggara Pemilu
Bupati dan Wakil Bupati Kolaka, hal ini Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten
Kolaka soal pasangan pemenang maka semua calon dapat melakukan segala cara yang
halal atau sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku, untuk
mendongrak angka poluplaritas dan elektabilitasnya.
Lalu bagaimana dengan presepsi publik terhadap delapan nama calon
Bupati Kolaka yang bergulir di media hari ini, ternyata yang memiliki referensi
sekaligus rekam jejak kepribadian
Sosial di masyarakat Kolaka, nama Ahmad Safei, Amir Sahaka yang
memiliki presepsi publik yang positif dibandingkan nama-nama calon Bupati Kolaka
yang lainnya, kedua nama ini dinilai memiliki rekam jejak yang kuat di
masyarakat untuk menjadi orang nomor satu di Kolaka. Sosok Amir Sahaka yang memulai
karirinya sebagai seorang pendidik di Kabupaten Kolaka, tentunya sangat bepengaruh
terhadap dukungan dari komunitas guru yang tergabung dalam organisasi Persatuan
Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Kolaka yang jumlah anggotanya tersebar
diseluruh kecamatan.Apalagi saat ini Amir Sahaka masih menjabat Ketua PGRI
Kolaka.Meski banyak kalangan praktisi pendidikan di Kolaka yang tidak sepakat
jika PGRI Kolaka sebagai organisasi profesi diseret-seret ke ranah politik.Tetapi
dalam pertarungan politik nampaknya soal ini dipastikan terabaikan dengan
sendirinya, ketika berbicara politik praktis yang kecenderungannya mengabaikan
etika dan moralitas. Begitupula dengan Palang Merah Indonesia yang mana Ahmad
Safei, sebagai Ketua PMI Kabupaten Kolaka dianggap sah-sah saja dan tidak bisa
dilarang untuk menggunakan PMI Kolaka sebagai alat politiknya?
Pertarungan politik dalam Pemilu Bupati dan Wakil Bupati Kolaka, memang
ibarat perang tanpa menggunakan senjata dengan peluru tajam, tetapi perang menggunakan
sejumlah sumber daya manusia yang cerdas untuk memainkan isu-isu strategis,
bukan isu-isu yang murahan dan berbau SARA. Sudah saatnya calon-calon Bupati
dan Wakil Bupati Kolaka yang ingin menang dalam pertarungan ini lebih
mengedepankan etika dan moral untuk mendapatkan dukungan masyarakat Kolaka yang
sangat cerdas menilai siapa sesungguhnya yang dinilai layak untuk menjadi
Bupati dan Wakil Bupati Kolaka. Masyarakat Kolaka hari ini sudah memiliki
referensi yang cukup untuk menentukan pemimpinnya tanpa harus dibayar dengan
uang receh. Dari pengalaman yang lalu, sudah dipastikan rasionalitas pemilih di
Kabupaten Kolaka sudah terlihat dengan jelas bahwa tanpa dibayar pun mereka
akan memilih pemimpin yang memiliki komitmen yang kuat untuk membangun Kolaka.
Kecuali ada beberapa masyarakat di wilayah kecamatan yang masih dengan gampang
dibeli dengan uang receh.Fenomena ini semoga saja tidak terulang dalam Pilkada
Kolaka yang tak lama lagi dihelat oleh KPU Kabupaten Kolaka untuk periode
2014-2019.
Penulis, adalah Direktur Kolaka Media Institute
Tidak ada komentar:
Posting Komentar