Media Cetak Lokal dan
Menggali Potensi Kebudayaan Mekongga
(Catatan kritis untuk penerbitan perdana Kolaka Pos)
Oleh
: Ridwan Demmatadju, SPd
Mengamati pertumbuhan media
cetak di Sulawesi Tenggara, Khususnya di Kabupaten Kolaka mengalami pertumbuhan
yang cukup signifikan dengan perkembangan dan kemajuan masyarakatnya yang
begitu majemuk. Dari data BPS Sultra Kabupaten Kolaka,jumlah penduduk Kabupaten
Kolaka sebanyak 315.232 jiwa ini merupakan yang terpadat dari 10 kabupaten di Sulawesi
Tenggara. Badan Pusat Statistik (BPS) Kolaka
mengeluarkan data bahwa penambahan penduduk di Kolaka dalam tiap tahun di atas
rata-rata, yakni mencapai 1,99 persen lebih. Jika ditelisik lebih jauh, salah satu faktor yang
mempercepat kemajuan Kabupaten Kolaka adalah iklim investasi yang kondusif
ditandai dengan, nilai investasi yang meningkat cukup tinggi di sektor
pertambangan dan perkebunan.
Makanya, banyak daerah
yang berhasil meningkatkan pendapatan daerahnya melalui peningkatan Pendapatan
Asli Daerah (PAD) dengan membuka peluang investasi yang besar. Target
peningkatan pendapatan daerah ini sering kali memicu munculnya berbagai
kebijakan proproduktif (proproductive) terhadap iklim usaha dan investasi.
Iklim investasi yang kondusif pasti dapat meningkatkan kegiatan ekonomi, baik
skala besar maupun kegiatan ekonomi kerakyatan, sehingga mendongkrak kemampuan
pelaku ekonomi daerah (pemerintah daerah, investor, dan masyarakat). Kegiatan
ekonomi yang bergairah akan mampu menciptakan lapangan kerja, iklim usaha yang
kompetitif, meningkatkan perputaran uang, dan mendatangkan PAD.
Gambaran, kemajuan
ekonomi Kabupaten Kolaka ini, tentunya akan menjadi salah satu daya tarik
pengusaha di bidang media di Sulawesi Tenggara untuk menggarap Kolaka sebagai
pasar yang memiliki prospek yang cukup cerah.Selain itu perhelatan tahun
politik menuju pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kolaka 2014-2019, menjadi
point penting investasi di bidang media di Kabupaten Kolaka, Hal ini tidak
dapat dipungkiri sebagai salah satu variable yang menentukan dalam bisnis
media.
Berkaitan dengan
prospek yang menggiurkan itu, maka tak heran jika gurita bisnis media di
Indonesia, Jawa Pos Group, di Sulawesi Tenggara dengan anak perusahaannya
Kendari Pos telah melakukan investasinya pada Tahun 2011 dengan mendirikan
media cetak Radar Kolaka yang hari ini, Senin, (11/3) terbit perdana dengan nama baru Kolaka Pos
yang menyajikan berita dan beraneka ragam informasi tentang Kabupaten Kolaka.Meski
sebelumnya telah beredar Harian Kendari Pos hingga munculnya Kolaka Pos sebagai
wujud penguatan pangsa pasar media ini, sekaligus keinginan dari pihak
pengusaha untuk menggali potensi pembaca di Kabupaten Kolaka yang jumlahnya
masih cukup besar jika digarap lebih optimal.
Kehadiran Kolaka
Pos ini, tentunya memberikan warna baru bagi masyarakat Kabupaten Kolaka dalam
mendapatkan informasi dari semua aspek kehidupan, selain beberapa media cetak lokal
lainnya. Jika dilihat dari konten media ini, liputan dan informasi yang
berkaitan dengan peristiwa hukum dan kriminal akan menjadi ujung tombak
pemberitaan selain berita pelayanan
publik di lingkup Pemerintah Kabupaten Kolaka.
Sesungguhnya
pembaca media cetak di Kabupaten Kolaka berharap banyak dengan Kolaka Pos yang
menggunakan kata independen dan aspiratif sebagai mascot media yang baru sehari berganti nama dari
Radar Kolaka menjadi Kolaka Pos. Sebagai media cetak yang akan menjadi jembatan
informasi dan komunikasi bagi seluruh stakeholder yang ada di Kolaka, media ini
setidaknya dapat membaca keinginan dari masyarakat Kolaka yang begitu majemuk
latar belakangnya.Perannya sebagai media yang diharapkan dapat mempercepat
perubahan masyarakatnya ke arah yang lebih baik,tentunya dibutuhkan kepiawaian
dari manajemen redaksi media Kolaka Pos untuk bisa sejalan dengan harapan dari
pembaca dengan latar belakang kepentingannya pula.
Dari banyak
media cetak yang terbit di Sulawesi Tenggara dan beredar di Kabupaten Kolaka,
terlihat jelas bahwa kebijakan redaksinya untuk mengangkat nilai-nilai
kebudayaan Mekongga sebagai salah satu (local genius) di Kabupaten Kolaka
masih sangat jauh dari harapan.Salah satu faktanya, rubrik atau halaman seni
budaya yang diharapkan dapat mendapatkan porsi terbit setiap hari Sabtu-Minggu,
nyaris tak dijumpai di media cetak yang beredar di Kolaka termasuk di media
Kolaka Pos yang notabene berani menggunakan nama Kolaka sebagai nama medianya.
Pembaca di Kolaka tentunya dengan menggunakan nama Kolaka Pos, ini bisa menjadi
pendorong kebangkitan nilai-nilai kebudayaan Mekongga di Kolaka, khususnya dan
Sulawesi Tenggara pada umumnya.Hal ini tidak dapat dilihat sebagai sebuah
keinginan yang tidak berargumentasi kuat, bahkan tidak perlu diperhatikan oleh
pihak pengusaha media yang menggangap bahwa dengan menjadikan liputan seni
budaya sebagai liputan yang tidak bernilai ekonomis.Inilah yang menjadi
persoalan hari ini, kemampuan dan komptensi seorang redaktur untuk memberikan
keyakinan kepada pengusaha/pemilik modal bahwa dengan menggarap konten budaya lokal
akan memberikan nilai ekonomi yang cukup besar bagi perusahaan.
Sejauh ini, pengalaman
penulis menjadi jurnalis di Harian Kendari Pos yang pernah mengelolah rubrik
seni budaya selama beberapa edisi, merasakan adanya diskriminasi terhadap
rubrik seni budaya yang dianggap tidak bernilai secara ekonomi, bahkan dianggap
sebagai pemborosan halaman yang tidak bermanfaat bagi pembaca. Itu yang menjadi
salah satu alasan sehingga rubrik ini dihentikan terbit, meski akhirnya muncul
kembali dengan menyajikan tulisan berupa cerpen, puisi dan kolom resensi. Lagi-lagi,
, penulisnya bukan dari kalangan masyarakat penulis yang bermukim di Sulawesi
Tenggara, tetapi masih didominasi dari penulis dari luar.Fenomena ini juga
mestinya dipikirkan oleh pengelolah media cetak di Kolaka Pos untuk membuat
strategi pengembangan media yang berbasis pada keunggulan budaya lokal di
Kabupaten Kolaka.
Untuk menggali
potensi kebudayaan Mekongga dengan kerjasama media cetak Kolaka Pos, tentunya
ini bukanlah pekerjaan yang semudah membalik telapak tangan, namun membutuhkan strategi
kajian dan daya tahan untuk memulai upaya ini,termasuk melibatkan semua pihak
yang berkepentingan untuk meningkatkan nilai-nilai kebudayaa Mekongga sebagai
ikon industri media yang kreatif di Kolaka.Peran media cetak lokal, Kolaka Pos
untuk mengawal perkembangan kebudayan Mekongga sehingga dapat sejajar dengan
kebudayaan daerah yang di akui di Indonesia, mestinya menjadi bagian dari
kebijakan umum redaksi Kolaka Pos tanpa mengabaikan kepentingan yang profit
oriented. Disinilah dibutuhkan keseimbangan dalam mengatur regulasi
kebijakan redaksi sehingga konten liputan dan sajian informasi Kolaka Pos
sebagai media cetak lokal yang terbit di Kolaka ini dapat diterima oleh seluruh
elemen masyarakat.Tanpa kebijakan ini, dipastikan media cetak yang dirintis
oleh pekerja jurnalistik yang professional akan ditinggalkan pembacanya.Semoga
saja ini dapat menjadi catatan yang dapat dipertimbangkan segenap pengelolah
redaksi dan pemilik usaha media Kolaka Pos sehingga dapat menjadi bacaan yang
diharapkan menjawab kebutuhan informasi dan komunikasinya.
Penulis adalah
Direktur Kolaka Media Institute, tinggal di Watuliandu, Kolaka
https://glomadgrafis.blogspot.co.id/
BalasHapusMungkin bisa Kerjasama