Minggu, 10 Maret 2013

Media Cetak Lokal dan Menggali Potensi Kebudayaan Mekongga


Media Cetak Lokal dan Menggali Potensi Kebudayaan Mekongga
(Catatan kritis untuk penerbitan perdana Kolaka Pos)

Oleh : Ridwan Demmatadju, SPd

Mengamati pertumbuhan media cetak di Sulawesi Tenggara, Khususnya di Kabupaten Kolaka mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan dengan perkembangan dan kemajuan masyarakatnya yang begitu majemuk. Dari data BPS Sultra Kabupaten Kolaka,jumlah penduduk Kabupaten Kolaka sebanyak 315.232 jiwa ini merupakan yang terpadat dari 10 kabupaten di Sulawesi Tenggara. Badan Pusat Statistik (BPS) Kolaka mengeluarkan data bahwa penambahan penduduk di Kolaka dalam tiap tahun di atas rata-rata, yakni mencapai 1,99 persen lebih. Jika ditelisik lebih jauh, salah satu faktor yang mempercepat kemajuan Kabupaten Kolaka adalah iklim investasi yang kondusif ditandai dengan, nilai investasi yang meningkat cukup tinggi di sektor pertambangan dan perkebunan.
Makanya, banyak daerah yang berhasil meningkatkan pendapatan daerahnya melalui peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan membuka peluang investasi yang besar. Target peningkatan pendapatan daerah ini sering kali memicu munculnya berbagai kebijakan proproduktif (proproductive) terhadap iklim usaha dan investasi. Iklim investasi yang kondusif pasti dapat meningkatkan kegiatan ekonomi,  baik skala besar maupun kegiatan ekonomi kerakyatan, sehingga mendongkrak kemampuan pelaku ekonomi daerah (pemerintah daerah, investor, dan masyarakat). Kegiatan ekonomi yang bergairah akan mampu menciptakan lapangan kerja, iklim usaha yang kompetitif, meningkatkan perputaran uang, dan mendatangkan PAD.
Gambaran, kemajuan ekonomi Kabupaten Kolaka ini, tentunya akan menjadi salah satu daya tarik pengusaha di bidang media di Sulawesi Tenggara untuk menggarap Kolaka sebagai pasar yang memiliki prospek yang cukup cerah.Selain itu perhelatan tahun politik menuju pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kolaka 2014-2019, menjadi point penting investasi di bidang media di Kabupaten Kolaka, Hal ini tidak dapat dipungkiri sebagai salah satu variable yang menentukan dalam bisnis media.
Berkaitan dengan prospek yang menggiurkan itu, maka tak heran jika gurita bisnis media di Indonesia, Jawa Pos Group, di Sulawesi Tenggara dengan anak perusahaannya Kendari Pos telah melakukan investasinya pada Tahun 2011 dengan mendirikan media cetak Radar Kolaka yang hari ini, Senin, (11/3)  terbit perdana dengan nama baru Kolaka Pos yang menyajikan berita dan beraneka ragam informasi tentang Kabupaten Kolaka.Meski sebelumnya telah beredar Harian Kendari Pos hingga munculnya Kolaka Pos sebagai wujud penguatan pangsa pasar media ini, sekaligus keinginan dari pihak pengusaha untuk menggali potensi pembaca di Kabupaten Kolaka yang jumlahnya masih cukup besar jika digarap lebih optimal.
Kehadiran Kolaka Pos ini, tentunya memberikan warna baru bagi masyarakat Kabupaten Kolaka dalam mendapatkan informasi dari semua aspek kehidupan, selain beberapa media cetak lokal lainnya. Jika dilihat dari konten media ini, liputan dan informasi yang berkaitan dengan peristiwa hukum dan kriminal akan menjadi ujung tombak pemberitaan selain berita  pelayanan publik di lingkup Pemerintah Kabupaten Kolaka.
Sesungguhnya pembaca media cetak di Kabupaten Kolaka berharap banyak dengan Kolaka Pos yang menggunakan kata independen dan aspiratif sebagai mascot  media yang baru sehari berganti nama dari Radar Kolaka menjadi Kolaka Pos. Sebagai media cetak yang akan menjadi jembatan informasi dan komunikasi bagi seluruh stakeholder yang ada di Kolaka, media ini setidaknya dapat membaca keinginan dari masyarakat Kolaka yang begitu majemuk latar belakangnya.Perannya sebagai media yang diharapkan dapat mempercepat perubahan masyarakatnya ke arah yang lebih baik,tentunya dibutuhkan kepiawaian dari manajemen redaksi media Kolaka Pos untuk bisa sejalan dengan harapan dari pembaca dengan latar belakang kepentingannya pula.
Dari banyak media cetak yang terbit di Sulawesi Tenggara dan beredar di Kabupaten Kolaka, terlihat jelas bahwa kebijakan redaksinya untuk mengangkat nilai-nilai kebudayaan Mekongga sebagai salah satu (local genius) di Kabupaten Kolaka masih sangat jauh dari harapan.Salah satu faktanya, rubrik atau halaman seni budaya yang diharapkan dapat mendapatkan porsi terbit setiap hari Sabtu-Minggu, nyaris tak dijumpai di media cetak yang beredar di Kolaka termasuk di media Kolaka Pos yang notabene berani menggunakan nama Kolaka sebagai nama medianya. Pembaca di Kolaka tentunya dengan menggunakan nama Kolaka Pos, ini bisa menjadi pendorong kebangkitan nilai-nilai kebudayaan Mekongga di Kolaka, khususnya dan Sulawesi Tenggara pada umumnya.Hal ini tidak dapat dilihat sebagai sebuah keinginan yang tidak berargumentasi kuat, bahkan tidak perlu diperhatikan oleh pihak pengusaha media yang menggangap bahwa dengan menjadikan liputan seni budaya sebagai liputan yang tidak bernilai ekonomis.Inilah yang menjadi persoalan hari ini, kemampuan dan komptensi seorang redaktur untuk memberikan keyakinan kepada pengusaha/pemilik modal bahwa dengan menggarap konten budaya lokal akan memberikan nilai ekonomi yang cukup besar bagi perusahaan.
Sejauh ini, pengalaman penulis menjadi jurnalis di Harian Kendari Pos yang pernah mengelolah rubrik seni budaya selama beberapa edisi, merasakan adanya diskriminasi terhadap rubrik seni budaya yang dianggap tidak bernilai secara ekonomi, bahkan dianggap sebagai pemborosan halaman yang tidak bermanfaat bagi pembaca. Itu yang menjadi salah satu alasan sehingga rubrik ini dihentikan terbit, meski akhirnya muncul kembali dengan menyajikan tulisan berupa cerpen, puisi dan kolom resensi. Lagi-lagi, , penulisnya bukan dari kalangan masyarakat penulis yang bermukim di Sulawesi Tenggara, tetapi masih didominasi dari penulis dari luar.Fenomena ini juga mestinya dipikirkan oleh pengelolah media cetak di Kolaka Pos untuk membuat strategi pengembangan media yang berbasis pada keunggulan budaya lokal di Kabupaten Kolaka.
Untuk menggali potensi kebudayaan Mekongga dengan kerjasama media cetak Kolaka Pos, tentunya ini bukanlah pekerjaan yang semudah membalik telapak tangan, namun membutuhkan strategi kajian dan daya tahan untuk memulai upaya ini,termasuk melibatkan semua pihak yang berkepentingan untuk meningkatkan nilai-nilai kebudayaa Mekongga sebagai ikon industri media yang kreatif di Kolaka.Peran media cetak lokal, Kolaka Pos untuk mengawal perkembangan kebudayan Mekongga sehingga dapat sejajar dengan kebudayaan daerah yang di akui di Indonesia, mestinya menjadi bagian dari kebijakan umum redaksi Kolaka Pos tanpa mengabaikan kepentingan yang profit oriented. Disinilah dibutuhkan keseimbangan dalam mengatur regulasi kebijakan redaksi sehingga konten liputan dan sajian informasi Kolaka Pos sebagai media cetak lokal yang terbit di Kolaka ini dapat diterima oleh seluruh elemen masyarakat.Tanpa kebijakan ini, dipastikan media cetak yang dirintis oleh pekerja jurnalistik yang professional akan ditinggalkan pembacanya.Semoga saja ini dapat menjadi catatan yang dapat dipertimbangkan segenap pengelolah redaksi dan pemilik usaha media Kolaka Pos sehingga dapat menjadi bacaan yang diharapkan menjawab kebutuhan informasi dan komunikasinya.

Penulis adalah Direktur Kolaka Media Institute, tinggal di Watuliandu, Kolaka






1 komentar: