Senin, 25 Februari 2013

“Reposisi Peran Media dan Pendidikan Politik Menuju Pilkda Kolaka Yang Demokratis”


Catata Lepas  Dari Diskusi Publik
Hajatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Kolaka masih setahun ke depan namun wacana dan opini ini pun telah bergulir di tengah masyarakat Kabupaten Kolaka, tak ayal lagi isi dari wacana dan opini ini berpusar pada siapa dan kriteria yang dianggap kompeten untuk menjadi orang nomor satu di Kolaka. Begitu cepat bergerak lantaran media cetak di Kolaka tak ada jedanya mengangkat wacana dan opini ini. Saat ini pun bermunculan sejumlah nama yang berminat untuk merebut kursi nomor satu di Kolaka. Sebut saja, Ali Nur, (Mantan Kadispenda Provinsi Sultra dan pernah menjabat pelaksana Bupati Kolaka, Amir Sahaka, Ketua PAN Kolaka dan masih menjabat sebagai wakil Bupati Kolaka, disusul Farhat Abbas muncul dari kalangan Pengacara dan selebritis, Muslihuddin yang kerap disapa Horo dari Politisi dan Anggota DPRD Kolaka, disusul Jhoni Syamsuddin,juga anggota DPRD Kolaka, dan Harun Rahim, Ketua Partai Demokrat Kabupaten Kolaka dan Anggota DPRD Provinsi Sulawesi Tenggara, Ahmad Syafei yang masih menjabat Sekretaris Kabupaten Kolaka, tak ketinggalan nama Kasran Randa, Abdullah Hasan dan Jayadin.
Dari naman-nama yang bakal mencalonkan jadi Bupati Kolaka ini, tentunya yang akan menentukan nasib mereka adalah masyarakat Kolaka sendiri setelah melalui proses seleksi hingga pemilihan. Pada frame ini, dapat dipastikan bahwa pesta politik lima tahunan di Kolaka kali ini bakal melahirkan dinamika politik sekaligus menyita perhatian masyarakat di Kolaka.
Memang jika ditelisik nama-nama yang muncul di media cetak lokal itu mereka adalah sosok yang kompetensi dan punya peluang sama untuk bersaing merebut kursi nomor satu di Kolaka. Sehingga tak heranlah jika hari ini sejumlah calon Bupati Kolaka sudah mulai ramai dengan Baliho Calon Bupati Kolaka yang terpasang hampir di sudut jalan sampai ke pelosok Kecamatan di Kolaka, ini salah satu cara untuk menyampaikan pesan kepada khalayak.   
Seiring dengan itu, peran media cetak nampaknya menjadi sangat strategis untuk menyampaikan pesan dari sebuah ide atau gagasan. Apalagi di dalam proses pertarungan merebut simpatih dari masyarakat seseorang, hal ini bukanlah pekerjaan mudah.Disini membutuhkan berbagai cara untuk mencapai tujuan akhir dari proses tersebut. Keberadaan media sebagai alat komunikasi dan informasi lagi-lagi menjadi penting untuk sebuah perubahan masyarakat menjadi lebih baik, juga pada Pilkada Kolaka ini. Sesungguhnya, disini akan terlihat bahwa pendidikan politik yang diharapkan dapat berkelanjutan.
Setidaknya, dari Diskusi Publik yang menampilkan nara sumber Drs.Sukmakutana (Ketua Partai Hanura Kolaka), Muh.Djufri Rahim,SP.MSi (Redaktur Kendari Pos), Drs.Akring Johar (Anggota DPRD Kolaka) dan Syahlan Launu (Komisioner KPU Kabupaten Kolaka) memberikan sebuah gambaran yang utuh tentang media,pendidikan politik dan penyelenggaraan Pilkada yang berkualitas. Meskipun pada penjelasan dari 4 nara sumber tersebut mencoba menguraikan secara sistematis atas  persolan-persoalan seputar peran media dan pendidikan politik, toh dari audience yang hadir dalam diskusi itu justru mengajukan pertanyaan-pertanyan yang cukup tajam dan bernas terkait  tema diskusi. Seperti itulah suasana yang terjadi pada diskusi yang dipandu oleh moderator Ridwan Demmatadju, Rabu (21/11) lalu di Warkop KNPI Kolaka.
Yang pasti ada beberapa catatan penting dari diskusi ini, bahwa dinamika sosial dan politik masyarakat Kolaka menunjukan perkembangan yang cukup baik  serta memiliki pandangan yang kritis dan obyektif dalam menyikapi media baik cetak maupun portal media online sebagai sarana pendidikan politik yang tak dapat dipisahkan.Kendati salah seorang peserta diskusi juga mengajukan beberapa pertanyaan yang menggugat bahwa informasi yang termuat di media itu cenderung menyesatkan dan dapat ditafsirkan sebagai pembohongan kepada publik. Hal ini sejalan dengan penyataan Muh. Djufri Rachim bahwa media mainstream saat ini tidak lagi mendominasi kebenaran, bahkan media bisa dikritisi oleh masyarakat, dan inilah bentuk perubahan peran media sebagai media komunikasi dan informasi.Namun sayangnya, perubahan-perubahan ini tidaklah sejalan dengan prilaku dan tradisi masyarakat kita, meski tidak dapat digeneralisir. Pada kenyataannya, dan menjadi sangat ironis kemampuan dari sebagaian praktisi media terkesan sangat lambat untuk mengadaptasi perubahan-perubahan itu.
Berbeda dengan Drs.Sukmakutana, yang mengurai beberapa problem yang brekaitan pendidikan politik dengann  bahwa sebagai politisi partai ia menilai masyarakat Kolaka telah memiliki cukup wawasan untuk menyikapi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan dinamika politik di daerah ini, paling tidak sebagai Ketua Partai Hanura, kami telah melakukan beberapa kegiatan yang bermuara pada pembinaan kader secara internal. Kemudian berkaitan dengan pemilihan Bupati Kolaka ke depan kami telah menyusun sejumlah rencana-rencana strategis untuk menjaring figur Bupati Kolaka yang sesuai dengan visi dan misi partai Hati Nurani Rakyat (Hanura).Kaitannya dengan peran media,dalam pendidikan politik di Kolaka kami berupaya bisa bersinergi dengan rekan-rekan pekerja media di Kolaka. Hal ini, dapat dilihat dengan pemberitaan Partai Hanura yang selama ini masih terjalin dengan baik.Ini dapat terjalin berkat kerja sama dengan media.
Diskusi Publik yang menghadirkan dari sejumlah politisi di Kabupaten Kolaka ini, lebih menyoroti soal pelaksanaan Pilgub Sultra dan Persiapan KPU Kolaka menghadapi Pilkada Kolaka, untuk itu Syahlan Launu, SP dari KPU Kabupaten Kolaka menguraikan secara gambling, bahwa persipan KPU Kolaka untuk melaksanakan Pilkada Kolaka yang berkualitas sangat ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah ketersediaan anggaran yang memadai untuk melaksanakan tahapan demi tahapan hingga terpilihnya calon terpilih Bupati Kolaka periode 2014-2019. Digmabarkan bahwa dalam rencana penganggaran untuk Pilkada Kolaka pihaknya membutuhkan dana sekitar Rp 34 milyar. Dengan dana ini, kata Syahlan yakin Pilkada Kolaka akan berjalan dengan baik. Selain itu, dia mengakui bahwa partisipasi masyarakat untuk menyalurkan pilihan politiknya dalam Pilgub yang baru saja usai masih sangat rendah.Tentunya, banyak hal yang menjadi alasan mengapa angka partisipasi masyarakat begitu rendah diantaranya adalah sosialiasi yang tidak optimal dilakukan oleh KPU Sultra.Untuk itu, ia berharap ke depan menjelang Pilkada Kolaka ini, masyarakat mendapatkan informasi tentang tahapan-tahapan yang akan dilaksanakan oleh KPU Kolaka.
Sementara itu, Nara Sumber dari DPRD Kolaka, Drs. Akring Johar yang juga politisi dari Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN) Kabupaten Kolaka menyampaikan beberapa hal yang berkaitan dengan kriteria calon pemimpin ke depan di Kolaka. Ia menyampaikan bahwa keterpilihan seorang calon masih sangat ditentukan oleh faktor kekerabatan atau hubungan emosional. Dari pengamatannya dalam pertarungan merebut suara di tingkat akar rumput isu yang masih menjadi dominan adalah isu etnisitas yang terkemas dan jadi andalan beberapa calon Bupati Kolaka. Menurutnya Akring, isu etnis masih sangat seksi untuk dijadikan komoditas untuk meraup suara dalam Pilkada Kolaka nanti. Makanya, dia berasumsi jika calon  Bupati dari kalangan pribumi (Tolaki-Mekongga) lebih dari satu orang maka ia yakin pemimpin Kolaka bakal dimenangkan oleh calon dari luar Kolaka dengan etnis yang bukan dari Tolaki-Mekongga.
Meski demikian, asumsi dari Akring Johar ini mendapat tanggapan dari Hasbi Halim, salah seorang tokoh muda yang mengakui bahwa asumsi itu benar adanya namun tidak dapat dikembangkan. Karena itu, ia berharapa dalam pendidikan politik yang menjadi tanggungjawab semua pihak di Kolaka tidak melakukan politik etnisitas untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat. Lebih tepat, jika nilai-nilai kekolakaan yang dikembangkan sebagai isu-isu dalam Pilkada Kolaka ke depan. Disinilah keunikan dari Kolaka sebagai wilayah yang terus berkembang  secara ekonomi dan politik, dan peran media untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat bahwa politik itu memeiliki nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal.Pada tatanan ini, kedewasaan dari para politisi yang akan maju menjadi calon Bupati Kolaka menjadi sangat penting untuk diperhatikan secara cermat oleh media sebagai alat untuk menyebarkan opini dan seribu gagasannya untuk membawa  Kolaka ke arah yang lebih baik.  
Suasana Diskusi Politik di Warkop KNPI Kolaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar