Catata Lepas Dari
Diskusi Publik
Hajatan Pemilihan Kepala Daerah
(Pilkada) Kabupaten Kolaka masih setahun ke depan namun wacana dan opini ini
pun telah bergulir di tengah masyarakat Kabupaten Kolaka, tak ayal lagi isi
dari wacana dan opini ini berpusar pada siapa dan kriteria yang dianggap kompeten
untuk menjadi orang nomor satu di Kolaka. Begitu cepat bergerak lantaran media
cetak di Kolaka tak ada jedanya mengangkat wacana dan opini ini. Saat ini pun
bermunculan sejumlah nama yang berminat untuk merebut kursi nomor satu di
Kolaka. Sebut saja, Ali Nur, (Mantan Kadispenda Provinsi Sultra dan pernah
menjabat pelaksana Bupati Kolaka, Amir Sahaka, Ketua PAN Kolaka dan masih
menjabat sebagai wakil Bupati Kolaka, disusul Farhat Abbas muncul dari kalangan
Pengacara dan selebritis, Muslihuddin yang kerap disapa Horo dari Politisi dan
Anggota DPRD Kolaka, disusul Jhoni Syamsuddin,juga anggota DPRD Kolaka, dan
Harun Rahim, Ketua Partai Demokrat Kabupaten Kolaka dan Anggota DPRD Provinsi
Sulawesi Tenggara, Ahmad Syafei yang masih menjabat Sekretaris Kabupaten
Kolaka, tak ketinggalan nama Kasran Randa, Abdullah Hasan dan Jayadin.
Dari naman-nama yang bakal
mencalonkan jadi Bupati Kolaka ini, tentunya yang akan menentukan nasib mereka adalah
masyarakat Kolaka sendiri setelah melalui proses seleksi hingga pemilihan. Pada
frame ini, dapat dipastikan bahwa pesta politik lima tahunan di Kolaka kali ini
bakal melahirkan dinamika politik sekaligus menyita perhatian masyarakat di
Kolaka.
Memang jika ditelisik nama-nama
yang muncul di media cetak lokal itu mereka adalah sosok yang kompetensi dan punya
peluang sama untuk bersaing merebut kursi nomor satu di Kolaka. Sehingga tak
heranlah jika hari ini sejumlah calon Bupati Kolaka sudah mulai ramai dengan
Baliho Calon Bupati Kolaka yang terpasang hampir di sudut jalan sampai ke
pelosok Kecamatan di Kolaka, ini salah satu cara untuk menyampaikan pesan
kepada khalayak.
Seiring dengan itu, peran media
cetak nampaknya menjadi sangat strategis untuk menyampaikan pesan dari sebuah
ide atau gagasan. Apalagi di dalam proses pertarungan merebut simpatih dari
masyarakat seseorang, hal ini bukanlah pekerjaan mudah.Disini membutuhkan
berbagai cara untuk mencapai tujuan akhir dari proses tersebut. Keberadaan
media sebagai alat komunikasi dan informasi lagi-lagi menjadi penting untuk
sebuah perubahan masyarakat menjadi lebih baik, juga pada Pilkada Kolaka ini.
Sesungguhnya, disini akan terlihat bahwa pendidikan politik yang diharapkan
dapat berkelanjutan.
Setidaknya, dari Diskusi Publik
yang menampilkan nara sumber Drs.Sukmakutana (Ketua Partai Hanura Kolaka),
Muh.Djufri Rahim,SP.MSi (Redaktur Kendari Pos), Drs.Akring Johar (Anggota DPRD
Kolaka) dan Syahlan Launu (Komisioner KPU Kabupaten Kolaka) memberikan sebuah gambaran
yang utuh tentang media,pendidikan politik dan penyelenggaraan Pilkada yang
berkualitas. Meskipun pada penjelasan dari 4 nara sumber tersebut mencoba
menguraikan secara sistematis atas
persolan-persoalan seputar peran media dan pendidikan politik, toh dari
audience yang hadir dalam diskusi itu justru mengajukan pertanyaan-pertanyan
yang cukup tajam dan bernas terkait tema
diskusi. Seperti itulah suasana yang terjadi pada diskusi yang dipandu oleh moderator
Ridwan Demmatadju, Rabu (21/11) lalu di Warkop KNPI Kolaka.
Yang pasti ada beberapa catatan
penting dari diskusi ini, bahwa dinamika sosial dan politik masyarakat Kolaka
menunjukan perkembangan yang cukup baik
serta memiliki pandangan yang kritis dan obyektif dalam menyikapi media
baik cetak maupun portal media online sebagai sarana pendidikan politik yang
tak dapat dipisahkan.Kendati salah seorang peserta diskusi juga mengajukan
beberapa pertanyaan yang menggugat bahwa informasi yang termuat di media itu
cenderung menyesatkan dan dapat ditafsirkan sebagai pembohongan kepada publik.
Hal ini sejalan dengan penyataan Muh. Djufri Rachim bahwa media mainstream saat
ini tidak lagi mendominasi kebenaran, bahkan media bisa dikritisi oleh
masyarakat, dan inilah bentuk perubahan peran media sebagai media komunikasi
dan informasi.Namun sayangnya, perubahan-perubahan ini tidaklah sejalan dengan
prilaku dan tradisi masyarakat kita, meski tidak dapat digeneralisir. Pada
kenyataannya, dan menjadi sangat ironis kemampuan dari sebagaian praktisi media
terkesan sangat lambat untuk mengadaptasi perubahan-perubahan itu.
Berbeda dengan Drs.Sukmakutana, yang
mengurai beberapa problem yang brekaitan pendidikan politik dengann bahwa sebagai politisi partai ia menilai
masyarakat Kolaka telah memiliki cukup wawasan untuk menyikapi
persoalan-persoalan yang berkaitan dengan dinamika politik di daerah ini,
paling tidak sebagai Ketua Partai Hanura, kami telah melakukan beberapa
kegiatan yang bermuara pada pembinaan kader secara internal. Kemudian berkaitan
dengan pemilihan Bupati Kolaka ke depan kami telah menyusun sejumlah
rencana-rencana strategis untuk menjaring figur Bupati Kolaka yang sesuai
dengan visi dan misi partai Hati Nurani Rakyat (Hanura).Kaitannya dengan peran
media,dalam pendidikan politik di Kolaka kami berupaya bisa bersinergi dengan
rekan-rekan pekerja media di Kolaka. Hal ini, dapat dilihat dengan pemberitaan
Partai Hanura yang selama ini masih terjalin dengan baik.Ini dapat terjalin
berkat kerja sama dengan media.
Diskusi Publik yang menghadirkan
dari sejumlah politisi di Kabupaten Kolaka ini, lebih menyoroti soal
pelaksanaan Pilgub Sultra dan Persiapan KPU Kolaka menghadapi Pilkada Kolaka,
untuk itu Syahlan Launu, SP dari KPU Kabupaten Kolaka menguraikan secara
gambling, bahwa persipan KPU Kolaka untuk melaksanakan Pilkada Kolaka yang
berkualitas sangat ditentukan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah
ketersediaan anggaran yang memadai untuk melaksanakan tahapan demi tahapan
hingga terpilihnya calon terpilih Bupati Kolaka periode 2014-2019. Digmabarkan
bahwa dalam rencana penganggaran untuk Pilkada Kolaka pihaknya membutuhkan dana
sekitar Rp 34 milyar. Dengan dana ini, kata Syahlan yakin Pilkada Kolaka akan
berjalan dengan baik. Selain itu, dia mengakui bahwa partisipasi masyarakat
untuk menyalurkan pilihan politiknya dalam Pilgub yang baru saja usai masih
sangat rendah.Tentunya, banyak hal yang menjadi alasan mengapa angka
partisipasi masyarakat begitu rendah diantaranya adalah sosialiasi yang tidak
optimal dilakukan oleh KPU Sultra.Untuk itu, ia berharap ke depan menjelang
Pilkada Kolaka ini, masyarakat mendapatkan informasi tentang tahapan-tahapan
yang akan dilaksanakan oleh KPU Kolaka.
Sementara itu, Nara Sumber dari
DPRD Kolaka, Drs. Akring Johar yang juga politisi dari Partai Peduli Rakyat
Nasional (PPRN) Kabupaten Kolaka menyampaikan beberapa hal yang berkaitan
dengan kriteria calon pemimpin ke depan di Kolaka. Ia menyampaikan bahwa
keterpilihan seorang calon masih sangat ditentukan oleh faktor kekerabatan atau
hubungan emosional. Dari pengamatannya dalam pertarungan merebut suara di
tingkat akar rumput isu yang masih menjadi dominan adalah isu etnisitas yang
terkemas dan jadi andalan beberapa calon Bupati Kolaka. Menurutnya Akring, isu
etnis masih sangat seksi untuk dijadikan komoditas untuk meraup suara dalam
Pilkada Kolaka nanti. Makanya, dia berasumsi jika calon Bupati dari kalangan pribumi (Tolaki-Mekongga)
lebih dari satu orang maka ia yakin pemimpin Kolaka bakal dimenangkan oleh
calon dari luar Kolaka dengan etnis yang bukan dari Tolaki-Mekongga.
Meski demikian, asumsi dari Akring
Johar ini mendapat tanggapan dari Hasbi Halim, salah seorang tokoh muda yang
mengakui bahwa asumsi itu benar adanya namun tidak dapat dikembangkan. Karena
itu, ia berharapa dalam pendidikan politik yang menjadi tanggungjawab semua
pihak di Kolaka tidak melakukan politik etnisitas untuk mendapatkan dukungan
dari masyarakat. Lebih tepat, jika nilai-nilai kekolakaan yang dikembangkan
sebagai isu-isu dalam Pilkada Kolaka ke depan. Disinilah keunikan dari Kolaka
sebagai wilayah yang terus berkembang
secara ekonomi dan politik, dan peran media untuk memberikan pencerahan
kepada masyarakat bahwa politik itu memeiliki nilai-nilai kemanusiaan yang
bersifat universal.Pada tatanan ini, kedewasaan dari para politisi yang akan
maju menjadi calon Bupati Kolaka menjadi sangat penting untuk diperhatikan
secara cermat oleh media sebagai alat untuk menyebarkan opini dan seribu gagasannya
untuk membawa Kolaka ke arah yang lebih
baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar