Pilkada Kolaka dan Peran Strategis Partai Politik
Oleh: Ridwan Demmatadju
Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati
Kolaka tahapannya di bulan Maret 2013 (KPU Kolaka red) namun sejumlah kandidat Bupati dan Wabup
Kolaka sudah bermunculan dengan caranya sendiri, dipinggir jalan dan
dibatang-batang pohon sepanjang jalan protokol terpanpang baligho wajah calon
Bupati Kolaka, sebut saja, Jhoni Syamsuddin SH, Amir Sahaka,Harun Rahim, Ali
Nur, Farhat Abbas,Muslihuddin Haruna, Amran Firdaus, Itulah nama-nama yang
menjadi wacana di media cetak lokal di Kolaka. Meski ada juga yang belum
memasang balighonya untuk sosialisasi calon Bupati seperti Ahmad Safei, Sabri Manomang dan Sabaruddin
Labamba namun nama-nama ini sudah dipastikan akan maju dalam pesta politik
berebut kursi nomor satu di Kolaka.
Tentunya beragam tanggapan dan
respon dari elemen dan tokoh masyarakat Kolaka terkait munculnya nama-nama
calon Bupati dan Wakil Bupati Kolaka, misalnya program 1 milyar untuk desa yang
dijadikan branding image oleh Jhoni Syamsuddin, tentunya ini menjadi sesuatu
yang menarik dan boleh jadi jualan politik yang mesti dikaji secara rasional.
Mungkin saja branding image ini, bagi Jhoni Syamsuddin masuk akal, tetapi masih
memerlukan proses sosialisasi sekaligus kajian yang komprehensif dengan konsep
1 Milyar itu. Penulis pernah bertemu di DPRd Kolaka terkait gagasan ini dan dia
jelaskan secara sederhana dengan mengatakan dana itu masuk akal, dia bisa
dapatkan dana tersebut dengan melakukan pemangkasan sejumlah anggaran yang
dianggap tidak efesien.Begitu penjelasan singkatnya kepada penulis.Menjadi
persoalan ketika isu 1 Milyar ini apakah bisa laris manis jadi jualan
politiknya di masyarakat Kolaka yang sesungguhnya sudah terbiasa dengan politik
yang pragmatis, semua serba instan dan pendek saja jangkauan
berpikirnya.Ditambah lagi dengan politik transaksional yang sudah berlangsung dalam
demokrasi hari ini, yang berujung pada
kata “Wani Piro”. Inilah yang menjadi
persoalan yang mesti diperhatikan betul bagi calon dan tim sukses Bupati Kolaka
kedepan. Jika hanya mengandalkan konsep dan strategi, yakin saja sulitlah
mendapatkan dukungan suara signifikan.Apalagi
hanya konsep saja yang dihembuskan dan tidak pernah direalisasikan, pada
frame ini seorang calon Bupati Kolaka haruslah memunculkan track record yang
baik dan bisa dipercaya oleh masyarakat akan merealisasikan janji dan konsepnya
setelah terpilih memimpin di Kolaka.
Selain itu, hal penting bagi Calon
Bupati Kolaka adalah memastikan partai politik yang akan dipakai bertarung
dalam perebutan kekuasaan ini, sebaba hingga hari ini tak satupun calon yang
memiliki “perahu” untuk maju sebagai Cabup dan Wabup Kolaka. Meskipun Amir
Sahaka diketahui telah menjadi Ketua Partai Amanat Nasional (PAN) Kolaka, namun
fakta ini belum dapat dipastikan akan memakai PAN dalam Pilbub Kolaka, karena
Ali Nur, Farhat Abbas, dan Sabaruddin Labamba dipastikan juga akan menggunakan
pintu PAN Kolaka. Dari sini akan menimbulkan friksi dan perpecahan di internal
PAN Kolaka. Pasalnya, Amir Sahaka tidak mungkin begitu saja mau direbut
posisinya sebagai Ketua PAN Kolaka, Ali Nur juga yang dianggap berjasa
dipastikan akan menagih kepada Ketua DPW PAN Sultra, Nur Alam yang juga Gubernur
Sultra untuk periode kedua ini. Nama Amir Sahaka, Ali Nur dan Sabaruddin
Labamba dipastikan mereka “berkeringat” saat Pilgub kemarin dan pastilah akan
menuntut balas jasa atas kerja-kerja politiknya. Bagaimana dengan pernyataan
Ketua PAN Sultra, bahwa yang bisa menggunakan pintu PAN dalam Pilbup Kolaka,
berdasarkan hasil survey LSI. Apakah ini bisa jadi komitmen diantara calon dari
PAN dengan Ketua PAN Sultra ? Namun dalam praktik politiknya biasanya selalu
berubah dan tidak akan permanen sebelum ada deal-deal yang pasti soal
kepentingan yang lebih terperinci, termasuk target politik jelang Pilpres di
2014. Semua target dan kepentingan ini harus bisa jawab secara cerdas oleh
calon Bupati Kolaka yang akan menggunakan pintu PAN Kolaka. Meski ini hanya sebuah
pemetaan skenario politik, namun hal ini bisa jadi benar adanya dan jadi
parameternya. Kepastian siapa yang menggunakan pintu PAN Kolaka sesungguhnya
akan berujung pada sikap dan keputusan Nur Alam sebagai Ketua DPW PAN Sultra,
tentu dengan mempertimbangkan siapa yang paling banyak “berkeringat” dalam
Pilgub Sultra kemarin.Jadi belum ada jaminan, kalau Amir Sahaka menjabat Ketua
PAN Kolaka dialah yang menggunakan PAN atau Alin Nur yang berkeringat dan
Sabaruddin Labamba dan Farhat Abbas memiliki elektabilitas yang tinggi setelah
disurvey oleh LSI. Sekali lagi ini bukan jaminan.Ketidakpastian ini juga
dialami oleh calon-calon lain, dan upaya yang harus dilakukan saat ini adalah
membangun komunikasi dan komitmen politik kepada semua pimpinan partai politik
baik di Kabupaten maupun di tingkat Provinsi.Tanpa ada komunikasi dan komitmen
politik dipastikan impian untuk maju bakal sia-sia saja.
Peran partai politik disini menjadi
penting dan sangat strategis untuk menentukan nasib Kabupaten Kolaka dalam
perhelatan mencari pemimpin nomor satu di Kolaka, partai politik setidaknya
bukan hanya sekedar memanfaatkan atau dimanfaatkan oleh calon Bupati yang ingin
menggunakan kendaraan politik untuk
merebut kekuasaan di Kolaka yang kaya dengan potensi sumber daya alamnya.
Seyogyanya elit partai politik di Kolaka dan Sulawesi Tenggara jangan terjebak
dengan kepentingan politik jangka pendek dan transaksional.Karena sudah jamak
terjadi bahkan sudah menjadi rahasia umum dalam pesta politik selalu identik dengan setoran-setoran,
saweran, untuk mendapatkan dukungan parpol. Meskipun diakui, bahwa tidak ada
yang gratis untuk sebuah kursi kekuasaan, membutuhkan biaya yang tidak kecil
untuk bisa mendapatkan kursi itu. Paling tidak di dalam penentuan calon Bupati
dan Wakil Bupati kali ini, diawali dengan cara-cara yang mengedepankan akal
sehat dan menjunjung nilai-nilai demokratis serta nilai elektabiltas yang
positif dari calon yang akan dijagokan parpol. Soal komitmen pembayaran pintu
parpol selayaknya dikemas dengan proporsional sehingga tidak menimbulkan kesan
buruk bahwa parpol cari uang dalam penetapan pasangan cabup dan cawabup di
Kolaka. Untuk bisa melaksanakan cara-cara ini, tentunya partai politik
setidaknya melakukan proses penjaringan bakal calon dengan membuka pintu saran
dan pendapat dari semua elemen masyarakat terhadap calon yang akan diusung,
menjalin kerja sama dengan media dan lembaga swadaya masyarakat yang memiliki
kapasitas. Dari kerja atau cara ini pastilah parpol akan menemukan banyak
pilihan yang akan dijadikan bakal calon Bupati Kolaka, karena semakin banyak
pilihan akan semakin berkualitas cabup yang akan diusung jadi Balon Bupati
Kolaka. Termasuk pelibatan perguruan tinggi untuk menguji kualitas calon Bupati
dan Wakil Bupati Kolaka sebelum ditetapkan oleh parpol.Walaupun dalam tahapan
pilbup ada debat kandidat namun ini tidak cukup optimal untuk memastikan
kapasitas dan integritas calon Bupati dan Wakil Bupati.
Pilkada Kolaka yang akan dihelat,
menjadi menarik karena tidak ada calon incumbent yang akan ikut bertarung,
semua dari nol kembali. Kemudian dengan banyaknya calon yang berminat untuk
maju tentunya semua calon telah memiliki strategi dan taktik untuk meraih
dukungan masyarakat. Sebagai masyarakat Kolaka tentunya punya harapan untuk mendapatkan
pemimpin yang sekelas dengan Joko Widodo (Jokowi) yang dari Walikota Solo, bisa
menang di Pilgub DKI kemarin. Tentunya, harapan ini sudah dimiliki oleh
masyarakat Kolaka kendati tidak pernah tersampai secara terbuka melalui media
atau forum-forum diskusi politik. Keyakinan akan adanya harapan memiliki
pemimpin seperti Jokowi menjadi sebuah impian masyarakat Kolaka bisa dibaca
dari letupan-letupan dan eforia masyarakat yang begitu antusiasi mengikuti
jejak perjalanan politik Jokowi melalui media televisi, internet dan jaringan sosial
media. Bisakah terwujud impian ini ? Ini tergantung dari masyarakat sebagai
voter (pemilih) yang akan menentukan nasib seorang pemimpin di Kolaka, jika
masyarakat memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap daerah yang membutuhkan
pemimpin yang berpihak kepada peningkatan kesejahteraan rakyat. Masyarakat yang
kritis dan cerdas dalam berpolitik tentunya akan memiliki pemimpin dengan
pertimbangan jangka panjang serta alasan yang rasional. Bukan karena
iming-iming uang !
Kepastian perubahan nasib
masyarakat Kabupaten Kolaka kea rah yang lebih baik memang bukan semata menjadi
tugas parpol dalam menentukan calon Bupati Kolaka ke depan, peran parpol dan
partisipasi semua elemen masyarakat Kolaka sangat dibutuhkan untuk memulai dari
sekarang membuat scenario perubahan yang diharapkan oleh masyarakat Kolaka,
persoalan ini haruslah dibicarakan secara terbuka dan melalui perdebatan yang
pasti panjang untuk menghasilkan sebuah konsep dan strategi menentukan nasib
masyarakat Kabupaten Kolaka melalui pemilihan Bupati dan Wakil Bupati sebagai
orang yang akan menjalankan mandat politik dari masyarakat secara professional
dan bertanggungjawab dunia akhirat. Semoga.
Penulis adalah mantan wartawan dan praktisi
pendidikan tinggal di Kolaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar