Minggu, 24 Februari 2013

Pilkada Kolaka dan Peran Strategis Partai Politik


Pilkada Kolaka dan Peran Strategis Partai Politik
Oleh: Ridwan Demmatadju
Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Kolaka tahapannya di bulan Maret 2013 (KPU Kolaka red)  namun sejumlah kandidat Bupati dan Wabup Kolaka sudah bermunculan dengan caranya sendiri, dipinggir jalan dan dibatang-batang pohon sepanjang jalan protokol terpanpang baligho wajah calon Bupati Kolaka, sebut saja, Jhoni Syamsuddin SH, Amir Sahaka,Harun Rahim, Ali Nur, Farhat Abbas,Muslihuddin Haruna, Amran Firdaus, Itulah nama-nama yang menjadi wacana di media cetak lokal di Kolaka. Meski ada juga yang belum memasang balighonya untuk sosialisasi calon Bupati seperti  Ahmad Safei, Sabri Manomang dan Sabaruddin Labamba namun nama-nama ini sudah dipastikan akan maju dalam pesta politik berebut kursi nomor satu di Kolaka.
Tentunya beragam tanggapan dan respon dari elemen dan tokoh masyarakat Kolaka terkait munculnya nama-nama calon Bupati dan Wakil Bupati Kolaka, misalnya program 1 milyar untuk desa yang dijadikan branding image oleh Jhoni Syamsuddin, tentunya ini menjadi sesuatu yang menarik dan boleh jadi jualan politik yang mesti dikaji secara rasional. Mungkin saja branding image ini, bagi Jhoni Syamsuddin masuk akal, tetapi masih memerlukan proses sosialisasi sekaligus kajian yang komprehensif dengan konsep 1 Milyar itu. Penulis pernah bertemu di DPRd Kolaka terkait gagasan ini dan dia jelaskan secara sederhana dengan mengatakan dana itu masuk akal, dia bisa dapatkan dana tersebut dengan melakukan pemangkasan sejumlah anggaran yang dianggap tidak efesien.Begitu penjelasan singkatnya kepada penulis.Menjadi persoalan ketika isu 1 Milyar ini apakah bisa laris manis jadi jualan politiknya di masyarakat Kolaka yang sesungguhnya sudah terbiasa dengan politik yang pragmatis, semua serba instan dan pendek saja jangkauan berpikirnya.Ditambah lagi dengan politik transaksional yang sudah berlangsung dalam demokrasi  hari ini, yang berujung pada kata “Wani Piro”. Inilah yang menjadi persoalan yang mesti diperhatikan betul bagi calon dan tim sukses Bupati Kolaka kedepan. Jika hanya mengandalkan konsep dan strategi, yakin saja sulitlah mendapatkan dukungan suara signifikan.Apalagi  hanya konsep saja yang dihembuskan dan tidak pernah direalisasikan, pada frame ini seorang calon Bupati Kolaka haruslah memunculkan track record yang baik dan bisa dipercaya oleh masyarakat akan merealisasikan janji dan konsepnya setelah terpilih memimpin di Kolaka.
Selain itu, hal penting bagi Calon Bupati Kolaka adalah memastikan partai politik yang akan dipakai bertarung dalam perebutan kekuasaan ini, sebaba hingga hari ini tak satupun calon yang memiliki “perahu” untuk maju sebagai Cabup dan Wabup Kolaka. Meskipun Amir Sahaka diketahui telah menjadi Ketua Partai Amanat Nasional (PAN) Kolaka, namun fakta ini belum dapat dipastikan akan memakai PAN dalam Pilbub Kolaka, karena Ali Nur, Farhat Abbas, dan Sabaruddin Labamba dipastikan juga akan menggunakan pintu PAN Kolaka. Dari sini akan menimbulkan friksi dan perpecahan di internal PAN Kolaka. Pasalnya, Amir Sahaka tidak mungkin begitu saja mau direbut posisinya sebagai Ketua PAN Kolaka, Ali Nur juga yang dianggap berjasa dipastikan akan menagih kepada Ketua DPW PAN Sultra, Nur Alam yang juga Gubernur Sultra untuk periode kedua ini. Nama Amir Sahaka, Ali Nur dan Sabaruddin Labamba dipastikan mereka “berkeringat” saat Pilgub kemarin dan pastilah akan menuntut balas jasa atas kerja-kerja politiknya. Bagaimana dengan pernyataan Ketua PAN Sultra, bahwa yang bisa menggunakan pintu PAN dalam Pilbup Kolaka, berdasarkan hasil survey LSI. Apakah ini bisa jadi komitmen diantara calon dari PAN dengan Ketua PAN Sultra ? Namun dalam praktik politiknya biasanya selalu berubah dan tidak akan permanen sebelum ada deal-deal yang pasti soal kepentingan yang lebih terperinci, termasuk target politik jelang Pilpres di 2014. Semua target dan kepentingan ini harus bisa jawab secara cerdas oleh calon Bupati Kolaka yang akan menggunakan pintu PAN Kolaka. Meski ini hanya sebuah pemetaan skenario politik, namun hal ini bisa jadi benar adanya dan jadi parameternya. Kepastian siapa yang menggunakan pintu PAN Kolaka sesungguhnya akan berujung pada sikap dan keputusan Nur Alam sebagai Ketua DPW PAN Sultra, tentu dengan mempertimbangkan siapa yang paling banyak “berkeringat” dalam Pilgub Sultra kemarin.Jadi belum ada jaminan, kalau Amir Sahaka menjabat Ketua PAN Kolaka dialah yang menggunakan PAN atau Alin Nur yang berkeringat dan Sabaruddin Labamba dan Farhat Abbas memiliki elektabilitas yang tinggi setelah disurvey oleh LSI. Sekali lagi ini bukan jaminan.Ketidakpastian ini juga dialami oleh calon-calon lain, dan upaya yang harus dilakukan saat ini adalah membangun komunikasi dan komitmen politik kepada semua pimpinan partai politik baik di Kabupaten maupun di tingkat Provinsi.Tanpa ada komunikasi dan komitmen politik dipastikan impian untuk maju bakal sia-sia saja.
Peran partai politik disini menjadi penting dan sangat strategis untuk menentukan nasib Kabupaten Kolaka dalam perhelatan mencari pemimpin nomor satu di Kolaka, partai politik setidaknya bukan hanya sekedar memanfaatkan atau dimanfaatkan oleh calon Bupati yang ingin menggunakan kendaraan politik  untuk merebut kekuasaan di Kolaka yang kaya dengan potensi sumber daya alamnya. Seyogyanya elit partai politik di Kolaka dan Sulawesi Tenggara jangan terjebak dengan kepentingan politik jangka pendek dan transaksional.Karena sudah jamak terjadi bahkan sudah menjadi rahasia umum dalam pesta politik  selalu identik dengan setoran-setoran, saweran, untuk mendapatkan dukungan parpol. Meskipun diakui, bahwa tidak ada yang gratis untuk sebuah kursi kekuasaan, membutuhkan biaya yang tidak kecil untuk bisa mendapatkan kursi itu. Paling tidak di dalam penentuan calon Bupati dan Wakil Bupati kali ini, diawali dengan cara-cara yang mengedepankan akal sehat dan menjunjung nilai-nilai demokratis serta nilai elektabiltas yang positif dari calon yang akan dijagokan parpol. Soal komitmen pembayaran pintu parpol selayaknya dikemas dengan proporsional sehingga tidak menimbulkan kesan buruk bahwa parpol cari uang dalam penetapan pasangan cabup dan cawabup di Kolaka. Untuk bisa melaksanakan cara-cara ini, tentunya partai politik setidaknya melakukan proses penjaringan bakal calon dengan membuka pintu saran dan pendapat dari semua elemen masyarakat terhadap calon yang akan diusung, menjalin kerja sama dengan media dan lembaga swadaya masyarakat yang memiliki kapasitas. Dari kerja atau cara ini pastilah parpol akan menemukan banyak pilihan yang akan dijadikan bakal calon Bupati Kolaka, karena semakin banyak pilihan akan semakin berkualitas cabup yang akan diusung jadi Balon Bupati Kolaka. Termasuk pelibatan perguruan tinggi untuk menguji kualitas calon Bupati dan Wakil Bupati Kolaka sebelum ditetapkan oleh parpol.Walaupun dalam tahapan pilbup ada debat kandidat namun ini tidak cukup optimal untuk memastikan kapasitas dan integritas calon Bupati dan Wakil Bupati.
Pilkada Kolaka yang akan dihelat, menjadi menarik karena tidak ada calon incumbent yang akan ikut bertarung, semua dari nol kembali. Kemudian dengan banyaknya calon yang berminat untuk maju tentunya semua calon telah memiliki strategi dan taktik untuk meraih dukungan masyarakat. Sebagai masyarakat Kolaka tentunya punya harapan untuk mendapatkan pemimpin yang sekelas dengan Joko Widodo (Jokowi) yang dari Walikota Solo, bisa menang di Pilgub DKI kemarin. Tentunya, harapan ini sudah dimiliki oleh masyarakat Kolaka kendati tidak pernah tersampai secara terbuka melalui media atau forum-forum diskusi politik. Keyakinan akan adanya harapan memiliki pemimpin seperti Jokowi menjadi sebuah impian masyarakat Kolaka bisa dibaca dari letupan-letupan dan eforia masyarakat yang begitu antusiasi mengikuti jejak perjalanan politik Jokowi melalui media televisi, internet dan jaringan sosial media. Bisakah terwujud impian ini ? Ini tergantung dari masyarakat sebagai voter (pemilih) yang akan menentukan nasib seorang pemimpin di Kolaka, jika masyarakat memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap daerah yang membutuhkan pemimpin yang berpihak kepada peningkatan kesejahteraan rakyat. Masyarakat yang kritis dan cerdas dalam berpolitik tentunya akan memiliki pemimpin dengan pertimbangan jangka panjang serta alasan yang rasional. Bukan karena iming-iming uang !
Kepastian perubahan nasib masyarakat Kabupaten Kolaka kea rah yang lebih baik memang bukan semata menjadi tugas parpol dalam menentukan calon Bupati Kolaka ke depan, peran parpol dan partisipasi semua elemen masyarakat Kolaka sangat dibutuhkan untuk memulai dari sekarang membuat scenario perubahan yang diharapkan oleh masyarakat Kolaka, persoalan ini haruslah dibicarakan secara terbuka dan melalui perdebatan yang pasti panjang untuk menghasilkan sebuah konsep dan strategi menentukan nasib masyarakat Kabupaten Kolaka melalui pemilihan Bupati dan Wakil Bupati sebagai orang yang akan menjalankan mandat politik dari masyarakat secara professional dan bertanggungjawab dunia akhirat. Semoga.
                                          
                                Penulis adalah mantan wartawan dan praktisi pendidikan tinggal di Kolaka.

  

 
  
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar